karya santriQuality Assurance

Abu Bakar Pemimpin Yang Rendah Hati

Oleh: Amalul Azhari

Abu bakar adalah sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah SAW. Beliau adalah khalifah pertama setelah Rasulullah SAW wafat. Walaupun ia seorang sahabat terkemuka, namun ia adalah orang yang sederhana. Rendah hatinya tak hilang walaupun ia telah menjadi pemimpin negara.

Suatu hari umar bin kattab melihat abu bakar tengah berjualan kain padahal ia telah di lantik menjadi khalifah.

Ummar berkata,” jika engkau sibuk berdagang, lalu siapa yang akan menjalankan tugas kekhalifahan?”

Abu bakar menjawab,” lalu bagaimana aku membiayai hidup keluarga ku?”

Kemudian umar mengajak abu bakar menemui abu ubaidah, penjaga Baitul mal atau kas negara.

Maka di berikanlah abu bakar tunjangan sebesar yang biasa di berikan kepada kaum muhajirin. Jumlahnya tidak lebih, ia sama sekali tidak di istimewahkanwalaupun seorang khalifah.

Besar uang tunjangan seorang kepala negara sama dengan rakyat biasa. Itulah hebatnya pemerintahan islam pada waktu itu. Pemimpinya jujur dan adil. Mereka tidak mementingkan diri sedinri.

Suatu hari istrinya berkata pada abu bakar, “ aku ingin makan manisan. Jika engkau megizinkan, aku akan menghemat uang belanja sehari-hari agar dapat membeli manisan tersebut.”

Beberapa hari kemudian, uang untuk membeli manisan terkumpul di tabungan istri abu bakar. Kemudian ia memberikan uang tersebut kepada abu bakar untuk di belanjakanmanisan. Namun abu bakar berkata, “ tampaknya dari pengalaman ini, uang tunjangan kita dari Baitul mal telah melebihi keperluan kita.”

Kemudian abu bakar mengembalikan uang yang sudah di kumpulkan oleh istrinya ke Baitul mal. Sejak itu, uang tunjangan abu bakar di kurangi sejumlah uang yang dapat di hemat istrinya.

Betapa sederhananya hidup abu bakar. Beliau telah menjadi seorang kepala negara, namun tetap berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia tidak ingin mengambil uang rakyat. Sampai akhirnya umar bin khattab mengusulkan supaya ia di berikan uang tunjangan. Itupun hanya sekedar mencukupi kebutuhan hidup. Bahkan di kurangi lagi setelah tahu ada kelebihan harta.

Walaupun abu bakar pada saat itu adalah pemimpin negara akan tetapi ia tidak menggunakan kepemimpinannya dengan semena-mena. Dan tidak mengambil yang bukan haknya.

Itulah abu bakar, seorang pemimpin negara yang ikhlas dan jujur. Jika semua pemimpin seperti abu bakar, tentu keadaan akan aman dan tentram.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button