Flash Fiction Santrikarya santri

Harapan Sebuah Impian

Oleh : Alya Qanita

“Bersandar kepada Tuhan kini kujalani penuh kesabaran, menungu sebuah hasil perjuangan yang telah kuperjuangkan pada malam ini. Antara lulus atau tidak, antara dipilih atau malah tidak terpilih. Waktu terasa lama sekali untuk berputar menunggu hasil dari segala perjuangan. Sujud dan berdoa kepada Sang maha Mengetahui segala hal yang terbaik untukku, ku saat ini esok atau nanti. Ini adalah salah dari jutaan mimpi yang ingin ku capai. Berjuang dan terus berjuang hingga suatu saat ku dapat membangakan orang yang ku sayang  family.”

“Attention please, we call to our sister Alya Qanita, Tasya Riskia Ramadhani, Devi Damayani, And Ghina saidiva, please come to Office because umi is waiting for you”. Terdengar namaku langsung ku bergegas ke kantor apakah karena Mahkamah Bahasa, tapi apa yang ku bicarakan sehingga ku bisa masuk Mahkamah Bahasa bukankah minggu ini Bahasa Arab. Tanpa memanggil kawan lain yang di panggil tadi ku langsung ke depan kantor.

“Where is the other”. Umi menanyakan itu kepadaku

“I did know mi” jawabku tanpa kusadari mereka di belakangku

“Ayo kumpul di sini umi akan mengumumkan sesuatu sama kalian.” jawab umi

“Jadi, kalian di pilih untuk di tes bahasa inggris untuk di karantina dan dipersiapkan untuk lomba Nasional dan Internasiol, terus kalian akan di tes nanti malam dengan pidato yang telah kalian hafal umi berharap kalian tampil prefect nanti malam dan jangan berkecil hati apabila tidak dipilih teruslah berjuang, apa kalian siap”. Balas umi tanpa basa- basi membuat kami terkejut, bahwa kami tidak ada persiapan.

“Umi kasih waktu besok mi!!, soal kami tidak ada persiapan”. Jawab kawanku

“Semua yang umi tes tidak ada persiapan ini adalah salah satu tantangan, buat kalian untuk menhadapi kejetun kejutan lainnya, apabila kalian siap oke, kami pilih tapi kalo tidak siap maka umi tidak memaksa. Semua keputusan ada ti tangan kalian sendiri bergerak atau siap- siap untuk disaingi. Jawab umi tegas kepada kami

“Insya Allah kami siap umi dengan tantangan itu”. Jawab kami dengan penuh semangat.

“Oke!, kalian punya waktu 3 jam untuk siap- siap dan mengulang, pidato yang kalian hafal. Kami langsung begegas pulang ke asrama untuk menperjuangkan salah satu mimpi kami.

Pagi

Semua siswa di kumpulkan di lapangan bola, untuk memngumunkan siapa yang berhak untuk mengikuti kelas Grammartical Class. Dari 52 siswa yang dipilih hanya sekitar 20 yang dikarantina untuk Persiapan lomba Nasional bahkan Internasionl. Semua siap- siap mendengarkan hasil yang telah di seleksi. Telinga rasanya tuli tiba- tiba mata  buram tak bias melihat, kepala rasanya pusing sekali entah karena terlalu keras ku berharap atau lelah akan semua perjuangan yang telah selama ini ku perjuangkan. Mulut terus mengucap istigfar ku berdoa.

“Ya Allah, kuatkan hamba atas segala keputusan yang engkau berikan kepada hamba, kuatkan lah ya Allah, kuatkan hamba Ya Allah, Asstagfirullah, astagfirullah, jangan sampai hamba menentang semua takdir ini ya Allah.” Ternyata mmeang benar nama ku tak di panggil dalam penguman itu, banyak teman berkata.

“Sabar Alya mungkin ini yang terbaik untuk kamu, tetap jangan putuskan mimpi mu. Spirit my friend.” Begitu banyak teman- teman pada semangatin aku. Mungkin banyak tantangan lain yang harus kulewati, ini belum seberapa dari orang- orang yang lebih dulu berjuang untuk mendapatkan mimpinya. Ku langsung menuju kelas Acceleration Class Of Microsoft Office, untuk belajar.

“Kak Alya di panggil sama Umi riska, oya kak langsung keruangannya ya dan terus cepat”. Kenapa aku dipanggil, ada apa ini. Apa yang harus kukatakan pada Umi Riska. Apa kukatakan saja aku gagal dalam memperjuangkan mimpiku.

“Iya mi!, umi, I am lose, I am lose, I am lose, I so sorry gak bias buktiin sama umi bahwa Alya..” itu yang bias ku katakana sama Umi Riska yang masih berada di pelukannya.

“No Alya, Umi panggil kamu ke sini untuk bilang kamu tu lulus dalam tes dan mulai sekarang kamu anggota sama seperti mereka tyang dipilih tadi tapi, kamu di bagian spekers atau pidato.  Aku terdiam sejenak untuk mencerna apa yang dikatakan Umi barusan kepadaku, apakah ini nyata atau aku masih berada di khayal.

“Umi serius “. Jawab ku singkat

“Yes, I am seriously”. Ku langsung memeluk uminya sambal berkata

“Thanks umi”. Inikah arti dari sebuah harapan dengan berharap kepada tuhan.

“Tetap Kuat Ceritamu Masih Panjang”

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button