Flash Fiction Santrikarya santri

Takut Masuk Pondok Pasantren? Baca Kisah Saya Ini

Oleh: Putri Balqis

Masuk pasantren jujur sih bukan kemauan saya sendiri. Keinginan saya sendiri hanya 40 persen saja, sisanya dan terbesar ya from my parents.

Awal-awal masuk ya sedih. Nangis nangisan pengen pulang. Gimana enggak? Ini momen pertama kalinya jauh dari orang tua di mana kita apa-apa harus sendiri, apa-apa serba ngantri. Belum lagi ketemu teman-teman dari berbagai macam daerah dengan beragam budaya dan sifatnya. Pftt…. bener-bener ekstra batin deh!

Tahun pertama masuk itu tahun 2015 dan untuk pertama kalinya saya hidup di asrama. Satu, dua hari, pertama sih mungkin biasa aja, soalnya kan belum ada kegiatan yang jadi daily activity banget.  Sebulan, dua bulan, tiga bulan, kok makin jenuh, makin kerasa tuh monoton daily activity-nya, hati sudah campur aduk. Apalagi masuk pesantren juga belum bawa bekal apa-apa. Semuanya masih dari nol. Hafalan belum ada, ilmu agama juga masih ya tergolong sedikit.

Lalu bagaimana saya menghadapi hari-hari di pesantren? Saya membaginya menjadi tiga fase yang kira-kira seperti inilah:

Masuk ke awal jadi fasl ‘Asyr (kls X)

Pokoknya ini masa paling berat. Selalu pengen pulang. Pokoknya kagak betah dah. Mau dikasih motivasi model bagaimana juga ya pokoknya ingin pulang. Sampai akhirnya berada pada satu titik memutuskan pindah dari pondok. Awalnya sih selalu minta izin untuk pulang ke rumah. Hingga mungkin orang tua bosan dan membolehkan saya pindah. Saat itu rasanya senang banget.

Mungkin karena saking bosannya dengan keluhan saya, orang tua bertanya “memang mau pindah ke mana?”

Jelas pertanyaan ini membuat saya senang banget. Lalu akhirnya saya izin dari pondok dan istirahat di sebuah penginapan. Eh enggak tahu kenapa pas di dalam kamar hati saya kok tiba-tiba malah berat untuk pindah.

Naik jadi Fasl  (Kelas XI)

Episode ingin pulang beralih dengan episode penuh dengan lelah. Kelas XI kita sibuk jadi pengurus ini dan itu. Ini adalah masa seringnya kesehatan menurun karena kelelahan. Kita akan sibuk sekaligus diasah kemampuan berorganisasi dengan yang namanya kepengurusan. Mulai dari pengurus pondok, asrama, sampai kamar. Jujur di SMP saya enggak menemukan nih model kegiatan seperti ini. Dalam kepengurusan kita tidak hanya mengurus diri kita sendiri tapi juga menangani santri dengan segala macam sifat dan jenis pendekatan yang berbeda. Yang jelas pada tahapan ini kita benar-benar diuji batin plus kesabaran.

Naik jadi Fasl (Kelas XII)

Nah disini nih teman-teman, sudah mulai enggak terasa mondoknya. Semua kegiatan sudah terasa biasa saja. Tapi hati, tenaga, dan pikiran yang kita keluarkan kudu ekstra. Saat kelas XII ini ada yang namanya ‘Daqu Fest’ atau panggung seni. Kegiatan yang diadakan setiap 1 tahun sekali untuk kelas 12 atau yang sering disebut santri akhir.

Pafest ini bukan festival ecek-ecek loh ya.  Ini perjuangannya benar-benar dah. Mulai dari mencari proposal, menuangkan semua ide dan kreativitas yangdimiliki. Belum lagi baper-baper antara penanggung jawab ini dan penanggung jawab itu. Nah dari sini juga kita mulai bisa menilai sifat teman; mana yang mageran, mana yang bodoh amat, mana yang susah diatur dan sebagainya.

Selesai Pafest, back to reality that is study hard. Saatnya kembali berjuang untuk Ujian Nasional, diwarnai juga dengan rutinitas Halaqah (setoran hafalan) yang tidak berujung. Belajar, belajar, dan belajar.

Belum lagi diwarnai sama yang namanya ngantuk. Namun begitu, tidak mengurangi semangat untuk terus berusaha yang terbaik. Sampai akhirnya UN datang, saya dan kawan-kawan bisa melalui dengan tenang. Kami pun bersyukur.

Perpisahan semakin di depan mata, latihan-latihan menuju wisuda purna pun mulai digelar. Mulai dari latihan bernyanyi (choir), latihan naik ke atas panggung, sampai pembagian jas purna.

Wisuda purna is coming…

Bangun, salat, persiapan, sarapan, on the way ke tempat wisuda, siap-siap lagi berhubung santriwati ya ada lah sedikit poles-poles untuk acara terakhir dan resmi ini.

Intinya nyantren itu enak! Rasa hidup bareng-barengnya itu dapet, kebersamaannya juga dapet, pelajaran hidup nya juga lebih dapet. Lalu saat selesai nyantren? Rasa berpisahnya lebih-lebih dapat. So,  buat kalian adik-adik kelas yang masih di pesantren, optimalkan waktu kalian, karena pengalaman kaya gitu enggak bakal kalian rasain kalo kalian sudah lulus. Oke?

**Balqis

* * *

  • Nama lengkap: Putri Balqis
  • Tempat, tanggal lahir: Banda Aceh, 02 Oktober 2006
  • Alamat: Jln. Laksamana Malahayati. Desa Lamreh
  • Hoby: Berdebat dll
  • Cita-cita: Dokter
  • Motto hidup: Never Give Up

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button