
RUH-RUH YANG DIAKRABKAN IMAN
Sebab pikiran punya jalan nalarnya masing masing terkadang mereka bertemu atau berpapasan sesekali bersilangan, berhimpitan, bahkan bertabrakan kita punya ruh-ruh yang diakrabkan iman
Suatu hari, Zaid bin Tsabit dan Ibnu Abbas adalah dua sahabat Nabi yang memiliki pengetahuan mendalam tentang hukum waris, keduanya terlibat dalam perdebatan tentang hukum waris, khususnya tentang peran kakek dalam pembagian warisan. Ibnu Abbas berpendapat bahwa kakek dapat menghalangi saudara kandung untuk menerima warisan, sedangkan Zaid bin Tsabit tidak setuju dengan pendapat tersebut. Perdebatan ini cukup sengit, sampai-sampai dalam perdebatan tersebut, Ibnu Abbas bahkan meminta Zaid untuk bermubahalah, yaitu berdoa kepada Allah untuk melaknat pihak yang salah.
Namun, dilain waktu Zaid meminta mengulurkan tangan Ibnu Abbas dan Zaid mencium tangan Ibnu Abbas sebagai tanda menghormati ulama dan keluarga Rasulullah, SAW. Begitu juga Ketika Ibnu Abbas menuntun hewan tunggangan Zaid, Zaid meminta Ibnu Abbas untuk melepaskan tali kekangnya, namun Ibnu Abbas menolak dan mengatakan bahwa ini adalah cara mereka menghormati ulama, begitulah akhlah dan sikap orang-oarang yang diakrabkan iman
Dalam hidup, kadang memang ada kejadian yang sulit diJelaskan. Seperti saat kita memasuki wilayah asing, dan bertemu dengan orang-orang yang asing pula satu dua kali pandangan kita akan tertumbuk pada orang-orang tertentu yang meninggalkan kesan berbeda dalam jiwa. Kita telah merasa akrab sebelum saling berkenalan. Kita telah saling tersenyum dan menganggukan kepala, Kita telah saling menyapa sebelum sempat salime menyebut nama. Diam-diam, dalam hati kita telah berseru-seru “Inilah saudaraku!”
Maka, inilah ruh-ruh yang diakrabkan iman.
Dengan iman itulah mereka saling mengenali. Dengan iman itulah mereka saling mengakrabi. Tanpa bicara mereka telah menyepakatihal-hal mulia. Jika ada yang berbeda diantara mereka, semua tahu bahwa kesamaan di antara mereka lebih banyak, dan lebih tinggi nilainya. “ Kita saling bekerjasama,” ujar Syaikh Muhammad Rasyid Ridha, “Dalam hal-hal yang kita sepakati. Dan kita saling menghormati, dalam hal-hal yang kita perselisihkan.”
Ada satu penanda penting yang menjadi nilai agung soal ruh-ruh yang diakrabkan iman ini. Mereka saling menghargai perbedaan. Mereka saling menghormati satu sama lain. Jika hujjah telah bertemu hujjah, tak boleh lagi ada hujat. Yang boleh ada ialah saling peluk mesra. Dalam dekapan ukhuwah, mereka, ruh yang diakrabkan iman saling memuji dengan tulus betapapun berlainannya pikiran dan pandangan.
By:Fh1