msbs

Bunga Liar

Disebuah halaman rumah yang begitu luas, rumput dan bunga liarpun sudah mulai tumbuh disetiap kawasan halaman. Bunga liar yang tumbuh Dimana-mana seakan telah menjadikan halaman rumah tersebut bagaikan taman bunga yang begitu indah.

Dengan semangat salah satu bunga liar berkata “Wah! Halaman rumah ini telah kita jadikan bak taman bunga yang begitu indah!” Ucapnya dengan girang, para bunga liar lainnya pun ikut bersorak gembira. Namun, rasa semangat dan gembira itupun tiba tiba hancur ketika bunga mawar yang tumbuh sehat didalam pot tertawa dan berkata “Kalian hanyalah para bunga liar yang bertebaran dimana-mana, bagaimana bisa kalian berkata bahwa halaman tersebut telah kalian jadikan bagaikan taman yang indah! Hahaha..”. Setelah perkataan bunga mawar itu, bunga liar yang bersemangat tadi tertunduk sedih dan tak bersemangat lagi.

“Hei kau!” ucap bunga liar lainnya yang berada di sebelah bunga liar yang tak bersemangat itu. Bunga liar yang tak bersemangat itupun menoleh dan berkata “Ya, ada apa?” jawabnya degan lesu, “Jangan terlalu kau pikirkan omongan Si bunga mawar tadi, kita juga bunga yang indah sama seperti dia, namun bedanya kita tumbuh dihalaman sedangkan dia tumbuh didalam pot” ucap bunga liar yang bijak itu untuk menyemangatkan bunga liar yang tak bersemangat itu lagi.

Oh ya!, nama bunga liar yang bijak itu adalah Asep, sedangkan bunga liar yang tak bersemangat itupun bernama Udin. Disetiap harinya Udin mulai terus terusan mengeluh tentang hidupnya yang seakan rendah dan tak berharga, karena ia hanyalah bunga liar yang hidup dihalaman yang luas dan berteman bersama para rerumputan.

“Lihatlah kita, kita hanya berteman bersama rerumputan, kita begitu rendah” Ucap Udin mulai mengeluh. “Hei apa yang kau katakana?, kau merendahkan kami?” ucap salah satu rumput yang berada tak jauh dari nya. “Tidak bukan begitu maksudku.” Ucap Udin mengelak. “Lalu apa? Kami para rumput juga dibutuhkan oleh para hewan khusus nya para sapi, mereka juga membutuhkan kami untuk asupan perutnya setiap hari. Lalu mengapa kau harus merendahkan kami para rumput? Sedangkan kau sama saja seperti kami!” ucap rumput tadi disusul suara tawaan dari para rumput lainnya.

Udin pun malu denga napa yang telah ia ucapkan pada para rumput. Kemudian Asep pun berbisik “Lihat mereka, Mereka tak dilahirkan sebagai rumput yang memiliki bunga seperti kita” Ucap Asep, dan kemudian kembali melanjutkan kata-kata bijaknya. “Namun, rasa Syukur merubah segalanya, mereka tahu meskipun mereka tak indah, mereka juga dibutuhkan oleh makhluk hidup ciptaan Tuhan lainnya.”

“Asep!, mengapa aku tidak dilahirkan sebagai bunga mawar saja sama seperti dia” menunjukkan bunga mawar yang berada di atas sanayang tumbuh dengan sehat, setiap hari diberikan nutrisi dan air yang cukup sedang menatap cermin dan sesekali memuji dirinya sendiri. “Wah! aku sangat beruntung dilahirkan menjadi bunga mawar yang begitu indah dan mempesona!, sehingga para manusia saja jatuh cinta padaku!” ucapnya dengan suara yang keras seakan akan ingin membuat seluruh para bunga liar merasa sedih dan iri terhadap dirinya. “Hei!, kau jangan mengeluh seperti itu Udin!, tak semua yang kau pikirkan itu sama seperti rencana Tuhan padamu!, kurangi kata-kata mengeluhmu itu dan selalulah bersyukur atas rencana Tuhan!.” Ucap Si Asep tegas terhadap Udin yang selalu mengeluh akan hidupnya, yang tidak dilahirkan menjadi setangkai bunga mawar.

Setelah mendengar pernyataan Asep, Udin pun tersadar akan apa yang setiap hari ia keluhkan. “Maafkan aku Asep, aku tidak bermaksud mengeluh atas apa yang Tuhan berikan padaku. Aku hanya ingin sempurna seperti si Mawar.” Ucapnya dengan sangat lesu, walaupun Udin telah berkata seperti itu, tetap saja setiap hari nya ia mengulangi perkataan yang sama. “Udin, tak semua yang kau lihat dari luar itu indah, kau tidak tau seberapa buruk isi hatinya itu. Lihatlah Mawar meskipun dia begitu indah, namun sifatnya begitu buruk, ia selalu saja menghina kita yang sejenis dengan rumput.” Ucap Asep yang telah bosan mendengar perkataan Udin yang teris mengeluh setiap hari.

***

Keesokan harinya, dipagi hari yang indah, para bunga liar sedang bersenandung indah untuk mengawali hari. Tiba tiba dari teras rumah sang pemilik yang bernama Pak Jo, keluar dengan membawa sebuah botol semprot yang telah diisi dengan cairan khusus untuk tanaman. Setelah keluar dari teras rumah Pak Jo pun berjongkok dihadapan Si bunga mawar, “Halo bunga mawar ku” Ucap Pak Jo seakan-akan ia bisa berbicara dengan tumbuhan. Kemudain Pak Jo pun mulai menyemprotkan cairan itu kepada Si Mawar. “Wahh… segar sekali… beruntungnya aku menjadi setangkai bunga mawar, selalu diberikan nutrisi yang cukup oleh Tuanku sendiri.” Ucapnya merasa bangga memiliki tuan yang selalu menjaganya dengan baik.

Mendengar hal itu Udin ingin kembali mengeluh, namun ia mengingat Kembali kata kata Si Asep kemarin. Jadi, ia mengurungkan niat nya untuk mengeluh akan hidupnya yang ditakdir kan menjadi setangkai bunga liar. “Mengapa? Kau ingin mengeluh lagi bukan? Namun kau mengingat kata-kata ku kemarin, maka dari itu kau mengurungkan niat bukan?” tanya Asep seakan-akan ia dapat membaca pikiran Udin sedari tadi. “Hehe… kau mengetahuinya” jawab Udin merasa malu.

***

Hari-hari pun sudah mulai berganti. Ketika seluruh bunga liar yang semangat sedang bercanda gurau dan Mawar sedang memuji dirinya sendiri, “Bunga yang cantik itu adalah aku, sedangkan yang paling jelek tenntu saja para bunga rerumputan itu.” Ucapnya memgusik ketenangan para bunga liar, namun ketenangan itu semakin hancur ketika segerombolan Belalang datang menghampiri kelopak bunga Si Mawar. “HEII AYO ADA MAKANAN LEZAT DISINI…” Ucap pemimpin para Belalang iru.

Belalang-belalang yang ada dibelakang nya pun semkain cepat berterbangan dan kemudian hinggap pada kelopak bunga mawar, denagn  ganasnya para belalang mulai menggit dan mencabik-cabik kelopak dan dedaunan yang ada pada Mawar dan kemudian memkannya. “Wahh ini lezat sekali” ucap para belalang, namun berbeda dengan yang dirasakan oleh Mawar ia kesakitan akibat ulah para Belalang, “AAA!!! SAKIT!!! TOLONG AKUUU, TOLONG AKU BUNGA LIARR..” para bunga liar yang sedang terdiampun menatap Mawar, namun karena rasa sakit hati yang begitu dalam mereka pun mengurungkan niat mereka untuk membantu Si Mawar.

Namun, diantar seluruh para bunga liar yang mengurungakan niatnya untuk membantu tetap ada dua tangkai bunga liar yang ingin membantu, meraka adalah Asep dan Udin. Meraka bergegas ingin menolong Si Mawar “Ayo Udin kita bantu mawar” ucap Asep pada mawar.

Udin pun menoleh dan berkata “Aku ingin membantunya namun lihat kita, kita tidak bisa bergerak!, akar kita tertanam didalam tanah!” mendengar itu Asep pun tak tau harus berbuat bagaimana lagi. Asep dan Udin pun tertunduk lesu takt ahu harus bagaimana, sedangkan Mawar terus saja berteriak kesakitan. Setelah beberapa waktu para belalang yang sudah kenyang itupun mulai pergi pulang kembali ketempat asalnya setelah memakan kelopak dan daun-daun si bunga Mawar.

Bunga Mawar yang kesakitan itupun merasa lega setelah para belalang pergi kesarangnya kembali. Bisa dilihat bahwa kelopak dan daun Si Mawar telah dicabik sehingga bolong-bolong dan meninggalkan bekas lebam pada dedaunannya. Bunga mawar itupun menanggis melihat diri nya didalm kaca sudah begitu jelek, “HUUAAAA… bagaimana ini? diriku sudah begitu jelek dibuat oleh mereka!…”.

Para bunga liar lainnya menertawakan Si Mawar yang selalu sombong karena dirinya begitu mempesona. Ditengah-tengah itu Udin pun berteriak “HEII KALIAN.. MENGAPA KALIAN MENERTAWAKANNYA SEDANGKAN IA SEDANG BERSEDIH!!.. DIMANA LETAK HATI KALIAN!!..” para bunga liar yang mendengar ucapan Udin itupun diam dan menunduk, merasa bahwa apa yang diucapkan oleh Udin itu benar. “Tapi ia telah berbuat jahat pada kita Udin!” ucap salah satu bunga liar. “Tak seharusnya perbuatan jahat kitab alas dengan kejahtan!” ucap Udin tak kalah tegas dengan bunga liar tadi. “Semua dapat dirubah jika kita berusaha untuk menyadarkan dirinya” Udin melanjutkan kata katanya,

***

Setelah beberapa hari, para bunga liar tak mendengar lagi kata-kata makian dan kata-kata pujian bunga mawar pada dirinya sendiri. “Para bunga liar.. maafkan aku setelah apa yang telah kukatakan pada kalian, aku tidak bermaksud menyakiti hati kalian, saat itu aku hanya ingin kalian menyadari bahwa dirikulah yang paling sempurna dan lebih mempesona diantara kalian.

Namun setelah kejadian kemarin, aku tau bahwa perbuatanku itu salah.” bunga mawar itu pun terdiam sejenak dan kembali melanjutkan kata-katanya “Karenamu Udin, aku jadi tahu bahwa sesuatu yang indah itu tidak dinilai dari penampilannya, namun dari hati.” mendengar pekataan itupun Udin, Asep, Mawar tersenyum juga dengan seluruh para bunga liar lainnya.

Merekapun berdamai dan mulai hidup tentram. Namun, ketentraman tersebut mulai terusik Kembali ketika anak nya Pak Jo yang bernama Nina mulai memetik satu persatu bunga liar dihalaman rumah. “Saatnya memetik bunga untukku jadikan sebagai mahkota” ucapnya dengan tersenyum riang. Satu persatu para bunga liar habis dipetik oleh Nina hingga menyisakan beberapa bunga liar lagi. Para bunga liarpun bersedih melihat para teman-temannya telah dipetik oleh Nina. Setelah memetik cukup banyak Nina pun kembali masuk kedalam rumah.

Didalam rumah Nina pun berteriak kepada sang Ibu dengan bersemangat “IBU.. Ayo kita jadikan bunga_bunga ini sebagai mahkota untukku…” Ucapnya. “Baiklah mari Ibu buatkan” jawab sang ibu dengan tersenyum. Setelah berulang kali bunga itu dirakit satu persatu hingga jadilah sebuah karanga mahkota alami yang terbuat dari para bunga liar. Nina pun terlihat cantik setelah menggenakan mahkota tersebut “Waahh… aku terlihat cantik sekali memakai mahakota ini” ucap Nina memuji dirinya sendiri.

Nina pun berlarian keluar dan menari bersenang ria karena mahkota cantik telah ia  kenakan “Wahhh… aku menjadi princess bunga yang cantik…” ucapnya memuji dirinya sendiri. Asep dan Udin pun tertegun melihat apa yang dikenakan oleh Nina. ITU ADALAH TEMAN-TEMAN MEREKA… yang sudah dijadikan mahkota yang indah. Entah apa yang dirasakan oleh Asep dan Udin entah itu senang maupun bersedih, karena Nina telah menjadikan teman-teman mereka sebagai mahkota.

“Kau lihat, kita tidak sepenuhnya terlihat jelek ataupun buruk, kita juga indah, lihat teman-teman kita telah ia jadikan sebagai mahkota. Maka, kau harus selalu bersyukur dengan takdir yang telah ditetapkan.” Ucap Asep mulai enasehati kembali temannya itu. Udinpun tersenyum seakan-akan bangga denga napa ynag dilihatnya.

TAMAT

**Innah

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button