Cerpen Santri MSBS

LANGKAH

Pagi ini seperrtinya beda, mungkin karena akan ada seorang insan yang akan melanjutkan kehidupan-nya di tempat yang sangat berbada dangan kehidupannya yang  sebelumnya.

Namanya Rosa Latifah, seorang anak tunggal, tidak punya saudara kandung sama sekali, terkadang ia tinggal di rumah sendirian dikarenakan orang  tuanya yang sibuk dengan segala pekerjaan sehari-harinya.

Suatu hari ketika mereka sedang makan malam bersama, bunda  rosa mengatakan “Rosa, kamu masuk pesantren aja ya nak, ayah dan bunda ingin kamu jadi anak yang baik”. Ucap bundanya. “ih… masak gitu sih bun, rosa kan mau lanjut ke SMA favorit rosa sama teman-teman”. Tutur rosa dengan paras      cemberut. “ayah dan bunda cuman mau kamu mendapat lingkungan  yang baik, ini semua untuk kamu “. Dengan perasaan bercampur aduk , rosa pun menghentikan aktivitas makan-nya dan langsung masuk kekamar sambil menobrak pintu. “(BRAKK)”.

Tok, tok, tok, suara ketukan pintu, dan kemudian masuklah seorang wanita muda yang merupakan bunda-nya rosa. “Rosa, jangan marah ya nak, bunda tau kalau rosa pasti gak mau dimasuk-kan ke dalam pesantren, tapi bunda tau yang terbaik buat kamu”. Dengan segala cara, akhirnya rosa pun mau didaftarkan ke dalam pesantren.

Hari masuk pesantren pun tiba, rosa pun diantarkan oleh sekeluarganya. “Belajar yang  rajin ya nak, bunda harap kamu bakalan dapat banyak pengalaman baik dari sini”. “Amin… bunda, ayah, do’a -in ya”. Dengan hati berdegup kencang  rosa mengucap basmallah sebelun masuk ke dalam pesantren. Lingku ngan  barunya.

ROSA  POV :

“Istayqid, istayqid ya ukhti !, Rosa, Naila, Aisyah, khaira,  istayqid !”. Aku langsung duduk untuk mengisyaratkan kalau aku sudah bangun, dan langsung beranjak dari kasur agar ukhti asyifa tidak terlanjur kesal denganku. “Langsung wudhu ya!, jangan sampai masbuk! “. Ucap ukhti asyifa, ketua mudabbir di maskan kami, maskan salamah. Sebenarnya sih aku masih ingin tidur, karena rasa ngantuk-ku yang tidak bisa ku tahan lagi, tapi karena teringat  kata-kata  ukhti asyifa aku langsung beranjak dari kasur  untuk mengambil wudhu, memakai mukenah, dan bergegas menuju mushalla.

Saat aku beranjak keluar aku melihat kalau di mushalla para santri lain sudah mulai melaksanakan shalat tahajud berjamaah. Karna takut kena iqab dari ukhti asyifa-karena masbuk, aku langsung lari dengan kecepatan naruto, begitu juga dengan naila, khaira, dan aisyah , ”sur’ah, dzalika holas sholat,  ba’daha nahnu masbuk” kataku kepada kedua teman kamarku . walau dengan bahasa yang masih belum benar nahwu sharaf-nya, tapi yang penting aku mau belajar, Dan alhamdulillah sempat ikut shalat tahajud berjamaah sebelum masbuk.

Bagi kami kebahagiaan karena tidak masbuk itu adalah kebahagiaan yang wajib disyukuri. Karena kalau kami masbuk pasti bakalan dapat iqab dari ketua mudabbirnya. Misalnya membersihkan area pesantren. Dan kami disini dilatih untuk ngomong bahasa arab dan inggris, makanya tadi aku ngomomg pakai bahasa arab, karena kebetulan ini minggu arab. Walau masih banyak yang salah.  Kalau misalnya tadi aku ngomomg pakai bahasa Indonesia, itu pasti ukhti bahasanya bakalan nulis namaku, jadi daripada aku nambah masalah, mending aku cari jalan aman aja.

Sudah 3 tahun aku tidak  berjumpa dengan bunda dan ayah. Cuman sesekali ada sih aku pulang ketika bulan ramadahan dan hariraya, juga sesekali bunda nelepon aku, tapi rasa rinduku ke bunda dan ayah seperti tidak bisa kutahan lagi. Tapi tidak mengapa, sebentar lagi aku bakalan tamat dari sini. Aku juga sudah mencuci bajuku sendiri, jadi karena itu bunda dan ayah sudah percaya bahwa aku bkuat dan sanggup menjalani semua hal yang ada di lingkungan pesantren.

Dan… ada hal yang paling aku takuti, yaitu ketika zikir dan do’a setelah shalat, disitu aku bakalan bertasbih alias tidur sambil duduk. Dan yang paling aku takuti, ukhti ubudiyah bakalan nyuruh aku untuk berdiri, uhh… itu malunya sih sampai besoknya, tapi sayangnya aku udah langganan disuruh berdiri, karna ya… sering tidur.

Selain shubuh hari, aku juga bakalan disuruh berdiri waktu baca al-matsurat sehabis ashar karna ya… juga tidur. Tapi namanya juga langkah , jadi aku harus jalanin semua ini.

“Astaghfirullah hal adzim”, zikir yang indah mengalun-alun masuk ke telingaku, rasanya aku ingin setiap hari suasananya seperti ini, damai, tenang, nyaman banget. Tapi aku terlanjur ngantuk dan akhirnya tertidur, sampai ukhti nuzui, ukhti bagian ubudiyah memanggil namaku, ”Rosa, berdiri”. Kan… malu, tapi sudahlah nanti duduk lagi.  Sambil menunggu zikir dan do’a  selesai, tekadang aku juga melihat ke samping kanan dan kiriku, melihat orang-orang yang bernasib sama denganku.

Aku bersyukur banget ayah dan bunda sekolahin aku kesini, kalau aku gak sekolah disini, aku gak bakalan tau gimana serunya jadi santri.

Aduh, sama aja. Kami tetap kena iqab karena gak sempat mandi sebelum tahajud, akhirnya harus bantu santri yang piket maskan hari ini, tapi aku sadar, karena tadi malam aku bergadang dengan naila, aisyah, dan khaira, makanya kami jadi terlambat bangun.

Aku tinggal di maskan salamah di kamar 14, di setiap kamar di maskan terdiri dari 4 santri. Dan kawan kamarku adalah naila, khaira, dan aisyah. Seru banget sekamar sama mereka.Tapi bentar lagi bakalan ada pemindahan kamar, karena itulah tadi malam kami menghabiskan waktu untuk bercerita, menghabiskan waktu terakhir kami bersama. Selama aku disini ,banyak sekali pengalaman berharga yang aku dapatkan bersama santri-santri lain, rasanya seperti tidak mau berpisah dengan tempat yang sedang aku duduki  saat ini.

PENULIS POV :

Rosa menghadapi hari-hari suntuknya yang penuh lelah, mulai dari menyapu, mencuci baju, merapikan kasur, shalat tahajud, dan segala hal lain yang harus dilakukan sendiri, tapi rosa mengerti mengapa bunda dan ayahnya memasukkan ia ke dalam pesantren, ia sangat bersyukur. Kalau saat itu ia tidak mau dan mlah memaksakan diri untuk tetap masuk ke SMA favoritnya, mungkin sekarang ia masih bergantung kepada kedua orang  tuanya.

Selain itu, rosa menjadi lebih mandiri ketika serada di pesantren, ia sudah mampu mencuci pakaiannya sendiri, bunda rosa sangat terharu saat rosa mengatakan bahwa ia sudah tidak perlu untuk dicucikan bajunya. Betapa bahagianya  ayah dan ibundanya rosa melihat perkembangan anaknya  yang telah berkembang pesat.

Rosa juga sudah mahir dalam berbahasa arab dan inggris karena pengalamannya dalam berbicara bahasa inggris dan arab selama 3 tahun di pesantrennya. Sungguh ia merasa sangat bangga pada dirinya, tapi itu belum cukup, masih banyak hal yang telah ia rencanakan di pesantren-yang harus dia gapai untuk membuat kedua orang tuanya tersenyum dan bangga dengan dirinya.

 

Catatan:

1.Istayqid :bangun ( kata perintah untu kamu perempuan)

2.maskan : Semacam asrama

3.Sur’ah, dzalika holas shalat, ba’daha nahnu masbuk : cepat, itu udah mulai shalat, nanti kita masbuk

 

**Nasyitha

 

 

 

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button